Bangkitnya sang pengusung sejarah era Heian

Bagi yang pernah jatuh cinta pada novel Mushashi, Taiko, atau yang menggemari novel dengan genre fiksi sejarah, dan terutama fanatik pada karya-karya Eiji Yoshikawa, sepertinya tidak boleh melewatkan novel berjudul Minamoto no Yoritomo, yang juga karya besar Eiji Yoshikawa. Lagi-lagi, novel ini adalah sebuah fiksi sejarah Jepang yang menceritakan salah satu legenda pendiri Shogun Kamakura, Minamoto Yoritomo,  dan panglima besar dari perang Genpei, Minamoto Yoshitsune yang terjadi di era Heian.

Yoritomo adalah putra dari Yoshitomo, pemimpin klan Minamoto. Dikarenakan sebuah pertempuran  melawan klan Taira, kekalahan telak melanda klan Minamoto, dan sang pemimpin, Yoshitomo, mengalami hukuman penggal. Saudara dan para pengikutnya pun banyak yang dihukum mati demi pembersihan klan. Yoritomo, yang saat itu masih berusia 14 tahun pun sebenarnya tak luput dari hukuman mati. Namun berkat Ike no Zenni, seorang biksuni sekaligus ibu tiri  Taira no Kiyomori (penguasa klan Taira) dan pangeran Yorimori, anak kandung Kiyomori, akhirnya Yoritomo lolos dari hukuman penggal. Sebagai pengganti hukuman, ia diasingkan ke daerah Izu, nun jauh disana. Selama belasan tahun di daerah pengasingan, Yoritomo banyak menghabiskan waktunya untuk mendekatkan diri dengan Sang Buddha.

Novel terjemahan keluaran 2012 yang diterbitkan oleh Mahda Books ini juga menampilkan fragmen lainnya yang menceritakan adik lain ibu Yoritomo, yakni Minamoto no Yoshitsune atau Ushiwaka. Sejak usia tujuh tahun, ia dipisahkan dari ibu kandung dan adik-adiknya demi menjalani pengasingan di sebuah kuil di gunung Kurawa. Namun pada usia enam belas tahun, saat seharusnya ia digundul untuk menjadi biksu, Yoshitsune justru melarikan diri.

Hal menarik lainnya dari novel setebal 388 halaman ini tentu saja tentang kisah cinta yang penuh perjuangan antara Yoritomo dan Masako, putri bangsawan Tokimasa, penguasa Houjou. Apa daya, karena Yoritomo hanyalah orang buangan, maka sang ayah lebih berminat untuk menikahkan Masako dengan seorang bangsawan, Yamaki Kanetaka. Pernikahan meriah pun diselenggarakan. Namun pada malam upacara pernikahannya, Masako melarikan diri demi mewujudkan cintanya pada Yoritomo.

Di sisi lain, Yoritomo pun mulai mempersiapkan kebangkitan klan Minamoto dibantu oleh para pengikutnya yang setia, terutama untuk menghancurkan klan Taira, yang telah menghabisi banyak keluarga dan pengikutnya.

Eiji Yoshikawa sendiri adalah seorang pengarang genre fiksi sejarah terbaik di jamannya. Ia terutama terpengaruh oleh kisah-kisah klasik seperti Kisah Heike Kisah Genji, Batas Air, dan Kisah Tiga Negara, yang selanjutnya banyak ia kisahkan kembali. Karya-karyanya yang melegenda antara lain Mushashi dan Taiko. Minamoto no Yoritomo ini pun adalah salah satu karya terbaiknya yang bersetting kehidupan samurai di abad 12. Versi asli novel ini diterbitkan pada tahun 1941. Novel ini sebenarnya boleh dikata adalah kelanjutan dari novel The Heike Story. Satu kelebihan Yoshikawa yang sangat menonjol, tulisannya sangat indah dan mudah dicerna, dengan gaya yang sederhana dan menghibur. Selain itu, ia pun dapat menampilkan detail kepingan sejarah dengan gaya kisah yang memukau dan sudut pandang yang menarik. Membaca karya-karyanya benar-benar merupakan sebuah penghiburan yang sekaligus menambah pengetahuan. Sungguh tak heran jika ia dianugerahi berbagai penghargaan seperti Penghargaan Budaya pada tahun 1960 serta Penghargaan Harta Berharga sebelum kematiannya karena kanker pada tahun 1962, saat usianya telah menjelang 70 tahun.

Minamoto no Yoritomo adalah novel menarik yang cukup saya rekomendasikan, terutama bagi Anda yang ingin memperluas khasanah wawasan sejarah dalam balutan fiksi, atau yang sekedar ingin menghibur diri dengan bacaan yang menghibur namun sangat berkualitas. 🙂