Ebook Flash-Fiction #proyekcinta

Kawan-kawan yang baik,

Mari menikmati sajian istimewa kompilasi flash-fiction dengan kisah-kisah cinta yang menarik ini. Semoga menghibur dan menginspirasi.

Untuk download (versi pdf), silakan klik DISINI

Untuk versi blog, silakan klik www.ffproyekcinta.wordpress.com

Tak lupa saya ucapkan terima kasih sebesarnya untuk para pembaca yang budiman dan seluruh yang berpartisipasi dalam #proyekcinta ini.

cover #proyekcinta

KISAH PROFESI — ebook

Inilah persembahan proyek menulis #kisahprofesi. Sebuah ebook KISAH PROFESI yang dapat diunduh gratis bagi siapa saja.
Beberapa partisipan berbagi kisah-kisah profesinya yang menarik, menggugah, dan menginspirasi.

Terima kasih untuk semua yang berpartisipasi, para penulis, dan pembaca sekalian.

Semoga bermanfaat, dan selamat membaca! 😀

 

Untuk mengunduhnya, silakan klik DISINI

 

 

 

Kisah Merah Putih – Ebook antologi cerpen merah putih

Bahkan semangat nasionalisme pun dapat membakar imajinasi untuk menciptakan cerpen-cerpen menarik seperti yang ada dalam Ebook Kisah Merah Putih ini.

Setelah melalui proses ajang menulis bersama #cerpenmerahputih, saya persembahkan sebuah ebook keren, antologi cerpen-cerpen merah putih, KISAH MERAH PUTIH yang dapat diunduh gratis.

Semoga senantiasa menerbitkan inspirasi, pun mengingatkan kita — betapa ada segunung atau sebongkah nasionalisme dalam dada yang patut dibangunkan.

Selamat menikmati, terima kasih banyak untuk semua yang telah terlibat; baik itu para penulis yang hebat, juga para pembaca yang budiman.

Untuk mengunduh gratis, klik DISINI

EBOOK CERITA MAAF — SEBUAH PERSEMBAHAN

Setelah menyelesaikan proyek menulis #ceritamaaf, maka inilah hasil yang dapat dinikmati: sebuah ebook kumpulan cerita maaf dari beberapa penulis yang terangkum menjadi satu.

Saya ucapkan terima kasih banyak untuk para penulis yang berpartisipasi, juga para pembaca sekalian. Semoga meninggalkan kesan yang baik, bermanfaat, dan menginspirasi. Salam hangat untuk orang-orang tercinta di sekitar.

Untuk mengunduh secara gratis, Silakan KLIK DISINI.

EBOOK : Ayah… — Sebuah karya dari proyek menulis #ceritaayah

Setelah selama beberapa waktu merentangkan kesempatan untuk menulis #ceritaayah, akhirnya terhimpun beberapa cerita, kisah tentang ayah dari beberapa penulis. Mereka menuangkan perjalanan dan pengalaman pribadinya, kisah nyatanya, yang bercerita tentang sosok yang mendampingi ibu. Sosok yang kepadanya kita sisihkan cinta dan kasih sayang.
Ada begitu banyak kisah menarik, menyentuh, menggugah, dan menginspirasi, sehingga sangat layak untuk dituntaskan hingga lembar terakhir. Semoga apa yang tersaji dapat diresapi. 😀

Hal terpenting, saya sampaikan terima kasih sebesarnya untuk semua yang berpartisipasi; para penulis yang sudi berbagi secuil kisah hidupnya, juga para pembaca sekalian yang menyisihkan waktunya. Salam hangat dan penuh cinta untuk AYAH yang ada di hatimu. 😀

Untuk mengunduhnya, silakan KLIK DISINI

KISAH-KISAH DARI SARANG — Sebuah ebook Persembahan dari #proyekfabel2012

Halo, apa kabar ?

Setelah kemarin (1 – 21 Mei 2012) saya mengadakan program #proyekfabel; yakni sebuah program menulis bersama cerita fabel, akhirnya jadilah sebuah e-book cerita fabel — antologi kisah-kisah fabel yang ditulis oleh para penulis hebat yang punya semangat luar biasa.

E-book dengan file berformat pdf sebesar 2,8 MB  ini diunduh dengan gratis. Ada banyak cerita fabel menarik dan sangat layak untuk dibaca, atau diceritakan ulang. Semoga memberi manfaat dan menghibur. 😀 Jika memang demikian, jangan sungkan atau ragu untuk menyebarkan ebook ini untuk orang-orang tersayang atau mereka yang berminat.

Apresiasi, kritik, dan saran membangun sangat kami harapkan demi kemajuan bersama. Dan tak lupa saya ucapkan terima kasih sebesarnya pada semua yang terlibat — sekaligus pembaca yang budiman. 😀

untuk mengunduh, silakan

KLIK DISINI

————————————————————————————————————

Bangkitnya sang pengusung sejarah era Heian

Bagi yang pernah jatuh cinta pada novel Mushashi, Taiko, atau yang menggemari novel dengan genre fiksi sejarah, dan terutama fanatik pada karya-karya Eiji Yoshikawa, sepertinya tidak boleh melewatkan novel berjudul Minamoto no Yoritomo, yang juga karya besar Eiji Yoshikawa. Lagi-lagi, novel ini adalah sebuah fiksi sejarah Jepang yang menceritakan salah satu legenda pendiri Shogun Kamakura, Minamoto Yoritomo,  dan panglima besar dari perang Genpei, Minamoto Yoshitsune yang terjadi di era Heian.

Yoritomo adalah putra dari Yoshitomo, pemimpin klan Minamoto. Dikarenakan sebuah pertempuran  melawan klan Taira, kekalahan telak melanda klan Minamoto, dan sang pemimpin, Yoshitomo, mengalami hukuman penggal. Saudara dan para pengikutnya pun banyak yang dihukum mati demi pembersihan klan. Yoritomo, yang saat itu masih berusia 14 tahun pun sebenarnya tak luput dari hukuman mati. Namun berkat Ike no Zenni, seorang biksuni sekaligus ibu tiri  Taira no Kiyomori (penguasa klan Taira) dan pangeran Yorimori, anak kandung Kiyomori, akhirnya Yoritomo lolos dari hukuman penggal. Sebagai pengganti hukuman, ia diasingkan ke daerah Izu, nun jauh disana. Selama belasan tahun di daerah pengasingan, Yoritomo banyak menghabiskan waktunya untuk mendekatkan diri dengan Sang Buddha.

Novel terjemahan keluaran 2012 yang diterbitkan oleh Mahda Books ini juga menampilkan fragmen lainnya yang menceritakan adik lain ibu Yoritomo, yakni Minamoto no Yoshitsune atau Ushiwaka. Sejak usia tujuh tahun, ia dipisahkan dari ibu kandung dan adik-adiknya demi menjalani pengasingan di sebuah kuil di gunung Kurawa. Namun pada usia enam belas tahun, saat seharusnya ia digundul untuk menjadi biksu, Yoshitsune justru melarikan diri.

Hal menarik lainnya dari novel setebal 388 halaman ini tentu saja tentang kisah cinta yang penuh perjuangan antara Yoritomo dan Masako, putri bangsawan Tokimasa, penguasa Houjou. Apa daya, karena Yoritomo hanyalah orang buangan, maka sang ayah lebih berminat untuk menikahkan Masako dengan seorang bangsawan, Yamaki Kanetaka. Pernikahan meriah pun diselenggarakan. Namun pada malam upacara pernikahannya, Masako melarikan diri demi mewujudkan cintanya pada Yoritomo.

Di sisi lain, Yoritomo pun mulai mempersiapkan kebangkitan klan Minamoto dibantu oleh para pengikutnya yang setia, terutama untuk menghancurkan klan Taira, yang telah menghabisi banyak keluarga dan pengikutnya.

Eiji Yoshikawa sendiri adalah seorang pengarang genre fiksi sejarah terbaik di jamannya. Ia terutama terpengaruh oleh kisah-kisah klasik seperti Kisah Heike Kisah Genji, Batas Air, dan Kisah Tiga Negara, yang selanjutnya banyak ia kisahkan kembali. Karya-karyanya yang melegenda antara lain Mushashi dan Taiko. Minamoto no Yoritomo ini pun adalah salah satu karya terbaiknya yang bersetting kehidupan samurai di abad 12. Versi asli novel ini diterbitkan pada tahun 1941. Novel ini sebenarnya boleh dikata adalah kelanjutan dari novel The Heike Story. Satu kelebihan Yoshikawa yang sangat menonjol, tulisannya sangat indah dan mudah dicerna, dengan gaya yang sederhana dan menghibur. Selain itu, ia pun dapat menampilkan detail kepingan sejarah dengan gaya kisah yang memukau dan sudut pandang yang menarik. Membaca karya-karyanya benar-benar merupakan sebuah penghiburan yang sekaligus menambah pengetahuan. Sungguh tak heran jika ia dianugerahi berbagai penghargaan seperti Penghargaan Budaya pada tahun 1960 serta Penghargaan Harta Berharga sebelum kematiannya karena kanker pada tahun 1962, saat usianya telah menjelang 70 tahun.

Minamoto no Yoritomo adalah novel menarik yang cukup saya rekomendasikan, terutama bagi Anda yang ingin memperluas khasanah wawasan sejarah dalam balutan fiksi, atau yang sekedar ingin menghibur diri dengan bacaan yang menghibur namun sangat berkualitas. 🙂

Cerita Cinta Enrico — Sepenggal kisah Ayu Utami

Wanita berparas manis berbalut busana putih yang dipadu dengan jeans casual itu tampak ramah menyapa beberapa orang yang menghampirinya. Senyumnya gampang terkembang, namun auranya yang selalu tenang dan kalem tak pernah tertinggal. Dengan sabar dan senang hati, ia membubuhkan tanda tangan pada buku-buku bersampul hijau yang disodorkan orang-orang, para tamu undangan itu, kepadanya. Saya termasuk salah satunya.

Ya. Dialah Ayu Utami, penulis ternama negeri kita — yang pada sore itu, 29 Februari 2012, me-launching novel terbarunya di Kaskus The Lounge, Kuningan, Jakarta. Ruang yang didominasi warna abu-abu namun bersuasana hangat itu lebih banyak diisi oleh teman-teman dekat sang penulis, beberapa undangan lainnya, dan juga para awak media.

Novel bersampul hijau menyala yang didesain sendiri oleh Ayu Utami ini berjudul Cerita Cinta Enrico. Konon, novel terbitan KPG  Februari 2012 ini adalah sebuah kisah nyata. Entah apakah karena itu maka penulisan novel ini hanya membutuhkan waktu selama 2,5 bulan saja. Gejolak emosi yang tak lagi asing membuat lebih mudah tertuang dalam tulisan-tulisannya yang selalu indah, yang selalu saya kagumi.

Saat menghadiri launching tersebut, terus terang saya belum membacanya karena saya memang baru memilikinya pada saat acara launching tersebut. Jadi, awal mulanya saya sekedar menjadi penikmat acara saja. Menikmati cuplikan-cuplikan cerita dalam fragmen novel yang dibawakan oleh Ayu Utami, sekaligus menikmati dentingan piano yang mengiringinya, yang juga dibawakan oleh kelincahan jemari sang penulis itu sendiri. Saya terhipnotis. Saya terlarut. Berkat alunan piano yang kadang sendu kadang bertempo menghentak itu, saya seperti tersedot di tengah-tengah emosi para tokoh dalam novel tersebut. Sungguh luar biasa! Yang membuat saya lebih terpana, ternyata penggubah aransemen alunan musik yang dibawakan Ayu Utami tersebut adalah seorang bocah belia yang baru berusia 7 tahun, keponakan Ayu Utami.

Jika dibanding novel-novel sebelumnya, menurut saya, Cerita Cinta Enrico ini jauh lebih sempurna dari sisi tehnik penulisan. Pilihan kata, kalimat, dan ungkapan yang cantik sekaligus sederhana, berikut ritme-ritmenya yang menarik. Keren sekali! Dalam soal ini, saya selalu merasa tak pernah salah saat memutuskan untuk mengagumi kualitas Ayu Utami sejak dari jaman dulu.

Dari sisi isi, tentu saja masih setia menampilkan sosok karakter Ayu Utami yang idealis, yang tegas, yang sesekali beringas. Masih kritis dengan isu-isu nasionalisme, nilai dan norma masyarakat, peran wanita dan kediriannya, pun tentu saja tak pernah ketinggalan dengan bumbu-bumbu seksualitas yang juga menyingkap opini-opininya mengenai topik yang selalu ‘panas’ bagi siapa saja itu. Bahkan kalau boleh saya bilang, dalam Cerita Cinta Enrico, Ayu Utami tampak lebih spiritual.

Cerita Cinta Enrico adalah mengenai perjalanan seorang laki-laki bernama Prasetya Riksa atau yang biasa dipanggil Enrico, yang lahir pada saat yang bersamaan dengan lahirnya PRRI, sebuah gerakan nasionalis yang sempat menghebohkan di negeri kita pada masanya dulu. Cerita Cinta Enrico lebih banyak menyajikan kisah  hubungan antara Enrico dan ibunya sendiri. Keduanya telah terikat kuat dalam sebentuk hubungan, terutama sejak Enrico menguyah seperempat puting susu ibunya sendiri. Sementara Enrico sempat tergila-gila pada sosok ibunya, sang ibu justru memilih untuk menampilkan ekspresi cinta yang berbeda, yang membuat anak lelakinya itu nyaris putus asa. Terjadilah pergulatan dan pergolakan batin antara obsesi si ibu dengan pemberontakan si anak. Latar belakang inilah yang kemudian memiliki banyak andil dalam pembentukan karakter dan sikap Enrico dewasa, yang kelak menjadi seorang petualang hidup sekaligus petualang cinta, hingga akhirnya waktu lah yang mempertemukan ia dengan tambatan terakhirnya, A.

Cerita Cinta Enrico memang adalah sebuah kisah cinta, sebuah perjalanan cinta seorang Enrico sejak bersama ibunya, dengan para wanita-wanita yang sempat singgah dan pergi, hingga dengan sosok terakhir, A, yang menurutnya paling sempurna untuk karakter rumit seperti dia. Kendati demikian, bagi saya, Cerita Cinta Enrico pun adalah mengenai cinta Enrico pada kebebasan, kemerdekaan, dan ketelanjangan. Karena hanya dari sanalah kita dapat melihat kejujuran. Enrico akan melakukan apa saja demi mempertahankan kebebasan dan kemerdekaannya. Ia tak sudi menjadi ‘ayam-ayam ras atau broiler’ yang sekedar dapat mematuk-matuk dan mengangguk-angguk karena telah kehilangan kehendak dan kenakalannya. Baginya, lebih baik ber’masturbasi’, memuaskan diri sendiri, daripada harus melego kemerdekaan dengan memuaskan pihak-pihak yang senantiasa rakus dan serakah.

Sungguh, Cerita Cinta Enrico ini, meski lebih ringan dibanding karya-karya Ayu Utami lainnya macam Bilangan Fu atau Saman, tapi justru akan menarik hati siapa saja untuk segera melahap lembar-lembarnya yang sejumlah 236 halaman itu. Tetap menjadi sebuah bacaan berkualitas, menghibur, dan barangkali juga menyajikan beberapa pencerahan.

Ah, saya jadi tak sabar untuk menanti karya-karya Ayu Utami yang baru lainnya…. ^_^

Happy Reading!!! 😀