Inilah surat balasan untuk Ramu dari Pemenang 1 lomba SCUK, Siti Andriana Rahmayanti, seorang siswi SMA dari Surabaya – Jawa Timur.
Twitter : @yanandr Facebook : S Andriana Rahmayanti Blog : http://siandra.tumblr.com/
——————————————————————————————
Assalamu’alaikum, Sahabat Kecilku…
Alhamdulillah, aku di sini baik-baik saja bersama putriku, tanpa kurang sesuatu pun. Bagaimana kabarmu di sana? Semoga Allah memberikan waktu untukmu agar dapat membaca surat balasanku ini. Terima kasih telah mengirimkan surat-suratmu, Ramu. Aku selalu menunggunya. Aku selalu antusias membaca kisah yang kau torehkan pada kertas-kertas putih yang kau layangkan padaku. Terima kasih karena kau selalu mengingatku dan merindukanku. Maaf jika aku tidak pernah membalas surat-suratmu. Aku takut jika aku membalasnya, maka rindumu akan terkikis dan kau berhenti menuliskan surat untukku.
Aku tak pernah melupakanmu, Sahabatku. Aku selalu merindukanmu. Aku merindukan saat kita bermain bersama di pantai, di bukit, dan di mana pun itu. Aku tak pernah melupakan kenangan masa kecil kita yang begitu bahagia. Kenangan itu aku simpan rapat-rapat di relung hatiku, tidak terusik dan tidak tergantikan. Tersenyumlah, Kawan. Aku rindu senyum dan tawamu saat kita bermain bersama. Ingin rasanya seperti dulu, namun keadaan sudah tak sama lagi. Waktu telah memakan usia. Sudah seharusnya kita tidak berandai-andai dan menghadapi realita. Aku sering menceritakan kenangan kita kepada putri-putriku. Mereka sangat ingin bertemu denganmu. Salammu pun selalu aku sampaikan pada matahari kecilku.
Oh iya, terima kasih atas niat tulusmu, Ramu. Izinkan aku menggunakan uang yang kau beri untuk kepentingan anak-anak yang masih membutuhkannya. Bukan aku tidak mau menerimanya untuk pengobatan putriku, melainkan putriku sudah lama tiada bahkan sebelum surat pertama kau layangkan padaku.
Sahabat yang selalu aku rindukan di mana pun kamu berada…
Sejak kau pergi, aku jadi jarang bermain di pantai ataupun di bukit tempat kita sering bercengkrama. Aku merasa kehilangan yang amat sangat, tak ada yang dapat menggantikanmu di sisiku. Semua terasa berbeda saat kau tak ada. Aku jadi lebih pemurung. Ibu selalu menegurku agar aku tidak larut dalam kesedihanku. Pada akhirnya, aku harus menjalani hidup walaupun tanpa kamu, Ramu. Tak ada yang dapat menggantikanmu, tak ada yang dapat menjadi sebaik dirimu. Tapi, aku tetaplah orang yang ceria, Ramu. Tak perlu kau khawatir. Aku tetap seperti yang engkau kenal dulu.
Maafkan aku, Ramu. Aku tak pernah peka terhadap perasaanmu terhadapku. Aku tak pernah peduli padamu. Tapi, kau selalu ada di dekatku, mendengarkan kisah cintaku, menjadi penghubung antara aku dan Andrea dulu. Maafkan aku. Aku berterima kasih atas perasaan cinta tulusmu terhadapku. Namun, aku menyayangimu tak lebih sebagai seorang sahabat yang telah bersama sejak kecil. Sampai sekarang pun begitu.
Maafkan aku, Sahabat. Salam hangatmu kepada ibuku dan ayahku tak dapat aku sampaikan. Tak lama setelah kepergianmu, ayahku meninggal karena kecelakaan kerja. Ibuku menelepon salah seorang saudaranya dan ibu mengajakku pindah ke luar kota, tempat saudaranya tinggal. Walaupun aku tidak ingin, aku tetap mengikuti ibuku, aku tidak dapat membiarkan ibuku sendiri tanpa ada yang menemaninya. Kami pindah setelah aku lulus dari SMP. Sekaligus menjawab rasa penasaranmu, setelah itu, aku tak lagi satu sekolah dengan Andrea.
Dua tahun kemudian, ibuku meninggal karena sakit yang dideritanya tak kunjung sembuh. Trombositnya terus-menerus turun dan akhirnya menyebabkan pendarahan. Beliau tidak dapat ditolong lagi. Kemudian aku diasuh oleh paman dan bibiku. Mereka telah menganggapku sebagai anaknya. Mereka memang tak dikaruniai anak, sehingga begitu senang dengan kedatanganku dan ibuku saat itu. Mereka menyekolahkanku hingga aku lulus kuliah.
Setelah lulus, aku bekerja di perusahaan periklanan. Di sanalah aku bertemu dengan calon suamiku. Dia meminangku dan memintaku berhenti dari perusahaan agar dapat fokus pada pekerjaan rumah jika kelak kami menikah. Aku menurutinya, mengajukan surat pengunduran diri. Kemudian aku masuk Islam dan aku mempelajari ajaran Islam dengan tekun. Aku sekarang telah muslim, Ramu. Berbahagialah engkau.
Sahabat yang teramat kurindukan…
Pilu rasanya membaca surat-suratmu yang penuh luka. Aku seperti dapat merasakannya. Bersabarlah, Sahabatku. Allah pasti akan memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya yang senantiasa setia mengingat-Nya. Perjalananmu ke Gaza, pengorbananmu untuk mereka, dan berbagai penderitaanmu di sana, semoga menjadi jihad di jalan-Nya, semoga menjadi amalmu untuk meraih surga-Nya. Amiin.
Memang, terkadang kesedihan dan berbagai permasalahan membuat kita tidak bisa berpikir jernih. Kebencian timbul tenggelam di antara emosi yang meluap-luap. Oleh karena itu, kita haruslah senantiasa berhati-hati dalam mengambil langkah.
Aku turut senang akan kesuksesanmu, Ramu. Sungguh, aku sangat senang. Tapi, di saat yang bersamaan aku sedih karena engkau mengambil langkah yang keliru. Tak seharusnya engkau ikut andil dalam kasus itu, Sahabatku. Aku percaya, kau orang yang baik. Oleh karena itu, Allah selalu menunjukkan jalan kepadamu dengan cara-Nya sendiri. Allah masih mau menyadarkan tindakanmu. Aku salut padamu, Ramu. Langkah akhir yang engkau ambil sungguh berani. Kau berani menyerahkan dirimu. Semoga dosa-dosamu diampuni oleh Yang Maha Pengampun. Amiin. Aku bangga memiliki sahabat sepertimu, Ramu.
Akhir kata, aku berterima kasih atas semuanya, Sahabatku. Terima kasih atas kedatangan surat-suratmu yang membuat rinduku sedikit terobati. Terima kasih atas kenangan yang masih engkau simpan rapat, tak terlupakan, walaupun waktu telah berlalu begitu lama. Terima kasih atas perasaan yang kau simpan untukku. Terima kasih atas rindumu padaku. Terima kasih atas niat tulusmu untuk membantu putriku jika saja matahari kecilku itu masih ada di sini bersamaku dan seorang putri kecilku yang lain. Terima kasih atas berbagai pengorbananmu yang pernah kau berikan padaku.
Tersenyumlah, Sahabatku. Karena dengan tersenyum perasaan menjadi lapang dan segala permasalahan menjadi ringan. Percayalah, selalu ada Allah di sisimu yang senantiasa akan membantumu. Aku bangga padamu, Ramu.
Wassalamu’alaikum
Yang selalu merindukanmu,
Kisha